Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi pembicara pengajian rutin bulanan Muhammadiyah menjelaskan Ulama di Jawa Timur membuat Resolusi Jihad yang berhasil membakar semangat arek-arek Surabaya dalam pertempuran 10 November 1945 dan daerah lainnya. Jenderal Sudirman juga berasal dari santri, kader Pandu Hizbul Wathan dan guru sekolah Muhammadiyah. Dalam berbagai kesempatan, fakta-fakta sejarah ini secara lantang disampaikan oleh Gatot.
Sikap dan pernyataan-pernyataan Gatot sebenarnya tak ada yang istimewa, biasa-biasa saja. Gatot hanya menyampaikan ulang fakta sejarah terkait relasi dan sumbangsih umat Islam, terutama dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Baca Juga: Terkait Panglima Dilarang Masuk Amerika, Jokowi perintahkan INI
Baca Juga: Terkait Panglima Dilarang Masuk Amerika, Jokowi perintahkan INI
Juga terkait pembentukan tentara nasional. Fakta sejarah inilah yang selama ini ditutup-tutupi secara rapat kalangan Islamofobia yang benci, takut, dan alergi terhadap Islam, yang tersebar di mana-mana, termasuk di kalangan militer. Sikap Gatot istimewa karena “berani” menyampaikan fakta sejarah apa adanya.
Sejak Alamsyah Ratu Prawiranegara yang kerap menegaskan, Pancasila adalah pengorbanan dan hadiah terbesar umat Islam untuk Indonesia, rasanya baru kali ini ada “jenderal penuh” yang mempunyai keberanian “kampanye” menyatakan hal serupa.
Selain Alamsyah dan Gatot, sejak Orde Baru sampai saat ini tak ada satu pun pejabat militer yang menyandang jabatan strategis “berani” menyampaikan fakta sejarah terkait peran politik umat Islam. Kebanyakan jenderal tidak atau setidaknya kurang peduli pada Islam.
http://www.republika,co,id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/10/23/oya4y4440-panglima-tni-dan-islam-indonesia